twitter


Jon Koplo adalah seorang ekspatriat asal Turki yang sedang berada di Kota Bengawan untuk keperluan bisnis ekspor tekstil. Karena cukup lama berada di Solo, maka dia kursus bahasa Indonesia campur bahasa Jawa agar bisa lancar berkomunikasi dengan wong Solo.
Selain mengundang guru les privat, Koplo juga sering mempraktikkan kemampuan berbahasa Indonesia maupun Jawanya tanpa takut salah.
Nah, beberapa hari lalu, Koplo bersama native speaker (guru privat)-nya yang bernama Tom Gembus mampir di sebuah warung masakan Jawa. Tom Gembus bilang padanya bahwa menu andalan warung tersebut adalah soto, timlo dan sega rawon. Karena saat itu pas jam istirahat kantor, warung tersebut dipenuhi oleh pelanggan yang sebagian besar adalah para pegawai yang sedang rolasan.
”Mas, sampeyan dhahare napa?” tanya pelayan warung yang bernama Lady Cempluk.
”Kula timlo, Mbak. Tapi kuahnya sedikit saja,” jawab Tom Gembus.
”Lha mas bule ini, dahar-nya apa?” tanya Cempluk kepada Jon Koplo.
Sedikit mengingat-ingat, Koplo langsung nyeletuk, ”Kula segawon, Mbak!”
Mendengar omongan Koplo itulah tanpa dikomando seisi warung pada ngguyu ngakak hingga membuat Koplo kebingungan.
”Tom, kenapa orang-orang pada ketawa? What’s wrong about me?”tanya Koplo kepada Gembus.
”You said segawon. Do you meaning is segawon?” tanya Gembus.
”Segawon kan makanan khas Jawa di warung ini katamu?” Koplo balik tanya.
”The meaning segawon is a dog. Anjing. Yang saya bilang tadi sega rawon, bukan segawon.” terang Gembus.
Mendengar penjelasan itu si bule Koplo dan Yu Cempluk baru faham bahwa yang dimaksud si bule adalah sega rawon.

0 komentar:

Posting Komentar