undefined
undefined
undefined
Ini pengalaman wagu yang dialami Jon Koplo, mahasiswa perguruan tinggi markotop di Solo ketika menunggui Tom Gembus, teman satu kos yang lagi opname di RS Dr Moewardi Solo beberapa waktu lalu. Siang itu kebetulan Gembus dijenguk anggota keluarga dan kerabatnya sehingga kamar penuh. Daripada bengong tak ada yang kenal, Koplo ngalahi keluar kamar, jalan-jalan keliling rumah sakit, lalu duduk di bangsal dekat apotek sekalian cuci mata melihat para penjenguk yang hilir mudik. Siapa tahu ada yang cantik dan biasa diajak kenalan. Saat itu datang seorang perempuan cantik memapah seorang bapak-bapak menuju tempat duduk di dekat Koplo. Tampaknya ia mau mengambil obat di apotek. Saat duduk, bapak itu terlihat seperti mau jatuh. Maka tanpa disuruh, dengan sigap Koplo membantu. ”Jangan khawatir Mbak, bapaknya saya jaga. Mbak langsung ambil obat saja,” katanya. Perempuan cantik mengangguk dan mengucapkan terima kasih sambil tersenyum manis, kemudian kembali menuju loket apotek. Dengan gaya sok akrab, Koplo pun mengajak ngobrol bapak itu. ”Itu putri Bapak ya? Anak yang nomor berapa? Atau, malah cucu bapak ya? Boleh dong kapan-kapan saya mampir ke rumah.” Si Bapak hanya mengangguk-angguk tanpa sempat menjawab pertanyaan Koplo yang memberondong bagaikanan mitraliur. Sambil terbatuk-batuk, si bapak menjawab kalau si cantik itu bukan anaknya, apalagi cucunya, melainkan istrinya. Walau bernada tenang tapi bagi Jon Koplo jawaban itu bikin kaget. Dalam hatinya ia memaki-maki dirinya, karena tiwas naksir bul bojone uwong. ”Tapi kalau kepingin dolan silakan, saya dan istri saya akan menerima dengan senang hati.” katanya kemudian. Tak lama kemudian, ”Terima kasih ya Mas, sudah mau menjaga suami saya,” kata perempuan cantik itu dengan senyum ramah. Koplo hanya bisa mengangguk-angguk kisinan tanpa bisa berkata-kata.